Daftar isi
Stres oksidatif merupakan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Ketika tubuh tidak mampu melawan peningkatan kadar radikal bebas dalam tubuh, maka dapat terjadi kerusakan pada sel, jaringan, dan DNA.
Hal ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif, seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, dan kanker.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa itu stres oksidatif, bagaimana mekanisme terjadinya, dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atau mengobati dampak negatifnya.
Artikel ini akan membahas tentang stres oksidatif secara lebih mendalam, tujuannya adalah untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca untuk meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Apa itu Stres Oksidatif?
Stres oksidatif adalah kondisi di mana terjadi ketidakseimbangan antara produksi radikal bebas dengan kemampuan tubuh untuk menetralisir atau mengeliminasi radikal bebas tersebut.
Radikal bebas merupakan molekul yang memiliki elektron yang tidak berpasangan sehingga sangat reaktif dan mudah bereaksi dengan sel-sel di sekitarnya.
Produksi radikal bebas secara alami terjadi dalam tubuh sebagai bagian dari metabolisme normal, tetapi juga dapat dihasilkan dari paparan lingkungan seperti radiasi, polusi udara, dan asap rokok.
Ketika kadar radikal bebas meningkat dan melebihi kemampuan tubuh untuk melawan dampak negatifnya, maka terjadilah stres oksidatif.
Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada sel, jaringan, dan DNA, serta menyebabkan berbagai penyakit dan kondisi kesehatan yang serius.
Beberapa contoh penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif adalah penyakit kardiovaskular, diabetes, kanker, dan penyakit neurodegeneratif.
Untuk melawan efek negatif dari radikal bebas, tubuh memiliki mekanisme pertahanan yang dikenal sebagai antioksidan.
Antioksidan adalah senyawa yang dapat menangkap radikal bebas dan membantu mengeliminasinya dari tubuh.
Antioksidan dapat diperoleh dari makanan dan suplemen, dan juga dihasilkan oleh tubuh secara alami.
Penyebab Stres Oksidatif
Ada beberapa penyebab yang dapat memicu terjadinya stres oksidatif dalam tubuh manusia, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Metabolisme Tubuh
Ketika tubuh melakukan metabolisme, terdapat beberapa jenis sel yang memproduksi radikal bebas, seperti sel darah putih dan sel mitokondria.
Selain itu, beberapa jenis hormon seperti kortisol dan adrenalin yang diproduksi oleh kelenjar adrenal saat kita mengalami stres, juga dapat memicu produksi radikal bebas.
2. Paparan Lingkungan
Paparan lingkungan seperti asap rokok, polusi udara, radiasi, sinar matahari yang berlebihan, dan bahan kimia berbahaya, juga dapat menyebabkan stres oksidatif pada tubuh manusia.
Hal ini disebabkan oleh paparan lingkungan yang menghasilkan radikal bebas atau mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh untuk melawan radikal bebas.
3. Diet yang Tidak Seimbang
Makanan yang tinggi gula, lemak jenuh, dan makanan olahan, dapat menyebabkan peningkatan kadar radikal bebas dalam tubuh.
Sebaliknya, makanan yang tinggi serat, vitamin, dan mineral, seperti sayuran dan buah-buahan, dapat membantu menetralkan radikal bebas dan mencegah stres oksidatif.
4. Pola Hidup yang Tidak Sehat
Kebiasaan yang tidak sehat seperti kurang tidur, merokok, dan minum alkohol, juga dapat meningkatkan risiko terjadinya stres oksidatif.
5. Penyakit dan Kondisi Kesehatan Tertentu
Beberapa penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan penyakit neurodegeneratif, juga dapat mempercepat terjadinya stres oksidatif.
Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya stres oksidatif, kita harus mengadopsi gaya hidup sehat dan memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsi.
Hindari kebiasaan yang tidak sehat seperti merokok, kurang tidur, dan minum alkohol, serta hindari paparan lingkungan yang berbahaya.
Dengan begitu, kita dapat mencegah terjadinya stres oksidatif dan mempertahankan kesehatan tubuh yang optimal.
Dampak Stres Oksidatif pada Kesehatan
Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada sel dan jaringan, serta mempengaruhi fungsi seluler yang mendasar, seperti metabolisme dan pembelahan sel.
Hal ini dapat menyebabkan berbagai penyakit dan kondisi kesehatan yang serius.
Bagian ini akan membahas dampak stres oksidatif pada tubuh manusia secara lebih mendalam, termasuk dampak stres oksidatif pada penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit neurodegeneratif, dan kanker.
Dengan memahami dampak stres oksidatif pada tubuh, kita dapat mengambil tindakan pencegahan yang tepat dan meminimalkan risiko terjadinya penyakit yang berhubungan dengan stres oksidatif.
1. Penyakit Kardiovaskular
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyakit yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan merupakan penyebab utama kematian di banyak negara.
Penyakit ini terjadi ketika terdapat kerusakan pada pembuluh darah yang dapat mengganggu aliran darah ke jantung, otak, dan organ vital lainnya.
Stres oksidatif merupakan salah satu faktor risiko yang dapat mempercepat terjadinya penyakit kardiovaskular.
Stres oksidatif dapat mempercepat perkembangan penyakit kardiovaskular dengan beberapa mekanisme, di antaranya adalah:
- Aterosklerosis. Stres oksidatif dapat memicu terjadinya aterosklerosis, yaitu penumpukan plak di dalam arteri yang mengurangi aliran darah ke jantung dan otak. Plak tersebut terdiri dari lemak, kolesterol, sel-sel darah, dan zat-zat lain yang dapat merusak dinding arteri.
- Inflamasi. Stres oksidatif juga dapat memicu terjadinya inflamasi dalam arteri, yang pada akhirnya dapat mempercepat terjadinya penyakit kardiovaskular. Inflamasi dapat menyebabkan penyempitan arteri dan meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan stroke.
- Disfungsi endotel. Endotel adalah lapisan sel di dalam pembuluh darah yang berfungsi mengatur aliran darah dan mencegah penggumpalan darah. Stres oksidatif dapat merusak fungsi endotel, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
Untuk mencegah terjadinya stres oksidatif pada penyakit kardiovaskular, dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang sehat, serta hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh. Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, dan hindari merokok dan minum alkohol. Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
2. Penyakit Diabetes
Diabetes adalah penyakit yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin dengan baik.
Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan berfungsi mengatur kadar gula dalam darah.
Stres oksidatif merupakan salah satu faktor risiko utama dalam terjadinya penyakit diabetes tipe 2.
Stres oksidatif dapat mempercepat terjadinya diabetes dengan beberapa mekanisme, di antaranya adalah:
- Resistensi insulin. Stres oksidatif dapat menyebabkan resistensi insulin, yaitu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah dan mempercepat terjadinya diabetes tipe 2.
- Kerusakan sel beta. Sel beta merupakan sel di pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Stres oksidatif dapat merusak sel beta, sehingga mengganggu produksi insulin dan mempercepat terjadinya diabetes tipe 2.
- Komplikasi diabetes. Stres oksidatif juga dapat memperburuk komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes, seperti kerusakan saraf dan masalah kardiovaskular.
Untuk mencegah terjadinya stres oksidatif pada penyakit diabetes, dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang sehat, serta hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh.
Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, dan hindari merokok dan minum alkohol.
Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan mencegah terjadinya diabetes.
3. Penyakit Neurodegeneratif
Penyakit neurodegeneratif adalah jenis penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada sel saraf dan mempercepat terjadinya kerusakan otak.
Beberapa contoh penyakit neurodegeneratif adalah Alzheimer, Parkinson, dan ALS. Stres oksidatif merupakan salah satu faktor risiko utama dalam terjadinya penyakit neurodegeneratif.
Stres oksidatif dapat mempercepat terjadinya penyakit neurodegeneratif dengan beberapa mekanisme, di antaranya adalah:
- Kerusakan DNA. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada DNA dalam sel saraf. Hal ini dapat mempercepat terjadinya kerusakan otak dan mempercepat terjadinya penyakit neurodegeneratif.
- Kematian sel saraf. Stres oksidatif juga dapat memicu kematian sel saraf, yang pada akhirnya dapat mempercepat terjadinya penyakit neurodegeneratif.
- Pembentukan protein abnormal. Stres oksidatif dapat mempengaruhi pembentukan protein yang abnormal, seperti beta-amiloid dalam Alzheimer dan Lewy bodies dalam Parkinson. Protein-protein abnormal ini dapat merusak sel saraf dan mempercepat terjadinya penyakit neurodegeneratif.
Untuk mencegah terjadinya stres oksidatif pada penyakit neurodegeneratif, dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang sehat, serta hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh.
Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, dan hindari merokok dan minum alkohol.
Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan memperlambat perkembangan penyakit neurodegeneratif.
4. Kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit yang paling serius dan mematikan di seluruh dunia.
Kanker terjadi ketika sel-sel di dalam tubuh berkembang dengan tidak terkendali dan menyerang jaringan sehat di sekitarnya.
Stres oksidatif merupakan salah satu faktor risiko utama dalam terjadinya kanker.
Stres oksidatif dapat mempercepat terjadinya kanker dengan beberapa mekanisme, di antaranya adalah:
- Kerusakan DNA. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sel, yang dapat memicu terjadinya mutasi genetik dan mempercepat terjadinya kanker.
- Proliferasi sel. Stres oksidatif dapat mempengaruhi proliferasi sel, yaitu pertumbuhan sel dengan tidak terkendali. Hal ini dapat mempercepat terjadinya kanker dan memperburuk kondisi pasien kanker.
- Resistensi terhadap terapi kanker. Stres oksidatif juga dapat menyebabkan resistensi terhadap terapi kanker, sehingga memperburuk kondisi pasien kanker dan mempercepat perkembangan penyakit.
Untuk mencegah terjadinya stres oksidatif pada kanker, dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang sehat, serta hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh.
Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, dan hindari merokok dan minum alkohol.
Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan mencegah terjadinya kanker.
5. Dampak Stres Oksidatif pada Sel dan DNA
Stres oksidatif dapat mempengaruhi sel dan DNA dengan beberapa mekanisme, di antaranya adalah:
- Kerusakan sel. Stres oksidatif dapat merusak sel dengan mempengaruhi membran sel dan mitokondria. Hal ini dapat mempercepat terjadinya penuaan sel dan memperburuk kondisi pasien yang mengalami penyakit kronis.
- Kerusakan DNA. Stres oksidatif dapat menyebabkan kerusakan pada DNA, yaitu molekul genetik yang membawa informasi genetik pada sel. Kerusakan pada DNA dapat mempercepat terjadinya mutasi genetik dan mempercepat terjadinya berbagai penyakit.
- Kerusakan protein. Stres oksidatif juga dapat merusak protein dalam sel, yang dapat mengganggu fungsi normal sel dan mempercepat terjadinya berbagai penyakit.
Dampak stres oksidatif pada sel dan DNA dapat mempercepat terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan penyakit neurodegeneratif.
Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan asupan makanan yang sehat, seperti sayuran, buah-buahan, dan sumber protein yang sehat, serta hindari makanan tinggi gula dan lemak jenuh.
Selain itu, penting untuk menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, dan hindari merokok dan minum alkohol.
Hal-hal tersebut dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan memperlambat perkembangan penyakit.
Pencegahan dan Pengobatan Stres Oksidatif
Stres oksidatif dapat mempercepat terjadinya berbagai penyakit, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, dan penyakit neurodegeneratif.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui cara mencegah dan mengobati stres oksidatif.
Pencegahan stres oksidatif meliputi beberapa langkah sederhana, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, menjaga berat badan yang sehat, rutin berolahraga, menghindari merokok dan minum alkohol, serta menghindari paparan polutan dan radiasi.
Sedangkan pengobatan stres oksidatif meliputi penggunaan antioksidan, yaitu zat yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Dalam bagian ini, akan dijelaskan lebih lanjut mengenai cara mencegah dan mengobati stres oksidatif.
1. Penggunaan Antioxidant
Antioksidan adalah zat yang dapat melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan dapat merusak sel dalam tubuh.
Antioksidan dapat menghentikan atau memperlambat kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dan melindungi tubuh dari stres oksidatif.
Beberapa contoh antioksidan yang sering digunakan untuk mencegah dan mengobati stres oksidatif adalah vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan selenium.
Vitamin C dan E adalah antioksidan yang larut dalam air dan lemak, sehingga dapat melindungi sel-sel dalam tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Beta-karoten adalah antioksidan yang dapat ditemukan pada sayuran dan buah-buahan dengan warna cerah, seperti wortel, paprika, dan mangga.
Sedangkan selenium adalah mineral yang dapat membantu tubuh dalam memproduksi enzim antioksidan.
Penggunaan antioksidan dalam mencegah dan mengobati stres oksidatif telah dikaji dalam berbagai penelitian.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan dapat membantu mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperbaiki kondisi pasien yang mengalami penyakit kronis.
Namun, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan antioksidan dalam dosis yang terlalu tinggi dapat memicu efek samping yang tidak diinginkan, seperti gangguan pencernaan dan gangguan fungsi ginjal.
Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengonsumsi suplemen antioksidan dalam jumlah yang tinggi.
Selain itu, penggunaan antioksidan sebaiknya juga didukung dengan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan yang sehat, rutin berolahraga, dan menghindari merokok dan minum alkohol.
Dalam kesimpulannya, penggunaan antioksidan dapat membantu mencegah dan mengobati stres oksidatif dengan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Beberapa contoh antioksidan yang sering digunakan adalah vitamin C, vitamin E, beta-karoten, dan selenium.
Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum mengonsumsi suplemen antioksidan dalam jumlah yang tinggi dan selalu didukung dengan gaya hidup sehat.
2. Diet Seimbang dan Beragam
Diet seimbang dan beragam adalah salah satu cara yang efektif dalam mencegah dan mengobati stres oksidatif.
Asupan makanan yang sehat dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan stres oksidatif.
Beberapa jenis makanan yang sehat dan dapat membantu mencegah stres oksidatif adalah:
Buah-buahan dan sayuran
Buah-buahan dan sayuran mengandung banyak antioksidan dan serat, yang dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperbaiki kondisi pasien yang mengalami penyakit kronis.
Beberapa contoh buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan adalah blueberry, strawberry, kale, bayam, dan brokoli.
Sumber protein yang sehat
Sumber protein yang sehat, seperti ikan, kacang-kacangan, dan daging tanpa lemak, juga dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Bijian utuh
Bijian utuh, seperti oatmeal dan quinoa, kaya serat dan nutrisi yang dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif.
Selain itu, penting juga untuk menghindari makanan yang tinggi gula dan lemak jenuh, serta mengonsumsi makanan dalam porsi yang sesuai.
Hal ini dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif dan mencegah terjadinya berbagai penyakit kronis.
3. Olahraga Teratur
Olahraga teratur adalah salah satu cara yang efektif dalam mencegah dan mengobati stres oksidatif.
Olahraga dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh untuk melawan stres oksidatif.
Beberapa jenis olahraga yang baik untuk mencegah dan mengobati stres oksidatif adalah:
Kardiovaskular atau aerobik
Olahraga kardiovaskular atau aerobik, seperti berlari, berenang, dan bersepeda, dapat membantu memperkuat sistem kardiovaskular dan melancarkan peredaran darah, yang dapat mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif.
Angkat beban
Olahraga angkat beban dapat membantu membangun massa otot dan memperkuat tulang, yang dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Olahraga ringan
Olahraga ringan, seperti yoga dan tai chi, dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan keseimbangan emosional, yang dapat membantu mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif.
Selain itu, penting juga untuk melakukan olahraga dengan rutin dan sesuai dengan kemampuan tubuh. Hal ini dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dan mengurangi risiko terjadinya stres oksidatif.
4. Menghindari faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Oksidatif
Beberapa faktor tertentu dapat mempengaruhi terjadinya stres oksidatif, seperti merokok, paparan radiasi, polusi, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya stres oksidatif.
Berikut adalah beberapa cara untuk menghindari faktor-faktor yang mempengaruhi stres oksidatif:
Menghindari merokok
Merokok adalah salah satu faktor utama yang dapat mempengaruhi terjadinya stres oksidatif.
Asap rokok mengandung banyak zat kimia yang dapat merusak sel dan memicu terjadinya stres oksidatif.
Menghindari paparan radiasi
Paparan radiasi juga dapat mempengaruhi terjadinya stres oksidatif. Paparan radiasi dapat berasal dari sinar matahari, peralatan medis, dan alat elektronik.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari paparan radiasi yang berlebihan dan melindungi diri dengan menggunakan pakaian yang sesuai dan perlindungan matahari.
Menghindari polusi
Polusi udara, air, dan tanah juga dapat mempengaruhi terjadinya stres oksidatif.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari daerah yang terpapar polusi dan memperhatikan kualitas udara, air, dan makanan yang dikonsumsi.
Menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan
Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat memicu terjadinya stres oksidatif.
Oleh karena itu, penting untuk menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan dan memperhatikan batas konsumsi alkohol yang direkomendasikan.
5. Obat-obatan dan Terapi
Obat-obatan dan terapi tertentu dapat membantu mengobati stres oksidatif dengan cara melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Beberapa jenis obat-obatan dan terapi yang efektif dalam mengobati stres oksidatif adalah:
Suplemen antioksidan
Suplemen antioksidan, seperti vitamin C, E, dan selenium, dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Namun, penggunaan suplemen antioksidan harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter karena terlalu banyak konsumsi suplemen dapat menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Terapi oksigen hiperbarik
Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi yang dilakukan dengan memberikan oksigen murni pada tekanan tinggi.
Terapi ini dapat membantu meningkatkan aliran oksigen ke sel-sel tubuh dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin dan ibuprofen, dapat membantu mengurangi peradangan dan melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas.
Terapi sel induk
Terapi sel induk merupakan terapi yang dilakukan dengan memperbaiki sel yang rusak atau mati dengan mengganti sel yang baru dan sehat.
Terapi ini dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Selain itu, terapi seperti akupunktur, meditasi, dan yoga juga dapat membantu mengurangi stres dan memperbaiki kondisi pasien yang mengalami penyakit kronis yang terkait dengan stres oksidatif.
Kesimpulan
Stres oksidatif terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan cukup antioksidan untuk melawan kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas.
Stres oksidatif dapat memicu terjadinya penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit neurodegeneratif, kanker, dan kerusakan sel dan DNA.
Faktor-faktor tertentu, seperti merokok, paparan radiasi, polusi, dan konsumsi alkohol yang berlebihan, dapat mempengaruhi terjadinya stres oksidatif.
Antioksidan sangat penting dalam melawan stres oksidatif karena dapat membantu melindungi sel dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas dan memperkuat sistem kekebalan tubuh.
Beberapa jenis antioksidan yang baik untuk tubuh adalah vitamin C, E, beta-karoten, dan selenium. Antioksidan dapat ditemukan dalam makanan dan suplemen.
Menghindari stres oksidatif dan pencegahan penyakit yang terkait dengan stres oksidatif sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh.
Beberapa cara untuk mencegah stres oksidatif adalah dengan mengonsumsi makanan yang mengandung antioksidan, melakukan olahraga teratur, menghindari merokok, paparan radiasi, polusi, dan konsumsi alkohol yang berlebihan, serta menggunakan suplemen antioksidan dan terapi tertentu.
Pencegahan penyakit yang terkait dengan stres oksidatif dapat dilakukan dengan cara yang sama.